Sabtu, 08 Agustus 2009

LAZIO,masa lalu,masa kini, dan esok

LAZIO, masa lalu, masa kini, dan esok


Tepat 9 Januari 2009 Lazio genap 109 tahun, apa yang telah dicapai Lazio merupakan hasil dari sebuah evolusi tim biru langit, kini menghadapi tantangan kedepan Lazio membutuhkan kembali mental juara dan rasa patriot sejati yang jelas hilang setelah masa keemasan Lazio di akhir 90-an dan awal tahun 2000.

inilah sekilas sejarah LAZIO :

SS Lazio (Societa' Sportiva Lazio) adalah satu dari dua klub sepakbola besar di Kota Roma, Italia. dengan kostum kebanggan berwarna biru langit.

Di dirikan pada tanggal 9 Januri 1900 oleh 9 orang dengan diketuai oleh Luigi Bigirarelli, dengan nama "Societa' Podistica Lazio" yang awalnya untuk olahraga balap. Dua tahun kemudian, di tahun 1902, Bruno Seghettini, staff dari Racing Club Paris, mengenalkan olah raga sepakbola kepada tim Lazio. Mereka akhirnya memulia mengenalkan Sepakbola di kota Roma dan membuat Klub Lazio, dan mereka tak terkalahkan. bahkan mereka ikut serta dalam Turnamen Nasional.

Di tahun 30-an, Lazio memiliki Penyerang terbaik Italia dalam sejarah sepakbola, Silvio Piola, yang sampai saat ini rekornya belum terkalahkan dengan 143 gol.Gelar pertama Lazio datang pada tahun 1958 dengan Pelatih Bernardini dan kapten Lovati Lazio merengkuh Piala Coppa, terima kasih pada Prini atas golnya di final saat melawan Fiorentina.


Gelar yang paling ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, 16 tahun kemudian tepatnya di musim 1973/1974 Lazio menggapai scudetto untuk pertama kalinya, dua tahun setelah Lazio kembali ke seri-A setelah sempat mencicipi seri-B. Skuad Lazio saat itu adalah : Pulici, Petrelli, Martini, Wilson, Oddi, Nanni, Garleaschelli, Re Cecconi, Chinaglia, Frustalupi dan D'Amico.

Masa keemasan Lazio adalah saat Lazio di pegang oleh Sergio Cragnotti yang memegang Lazio sejak 1992 yang menginvestasi puluhan milyar, ditangannya Lazio menjelma menjadi salah satu klub elit di Italia dan Eropa.

Di musim 1997/1998, Cragnotti dengan Pelatih Sven Goran Ericksson memulai era baru Lazio dengan membeli beberapa pemain dengan mental juara seperti, Almeyda, Mancini dan Jugovic dipadu dengan pemain bintang binaan Lazio Alessandro Nesta namun harus mengorbankan seorang kapten Lazio yaitu Giuseppe "Beppe" Signori dan hasilnya Lazio memenangkan gelar Coppa Italia untuk kedua kali dengan mengkandaskan Milan pada tanggal 29 April 1998.

Tim yang ditangani Erickson hampir saja kembali merengkuh gelar lainnya, yaitu Piala UEFA. Sayangnya Lazio harus kandas oleh Inter Milan yang saat itu masih di bela Ronaldo pada 6 Mei 1998.

Musim berikutnya, 1998/99, dimulai pada 29 Agustus 1998 dengan hadirnya para pemain berkelas yaitu Salas, Vieri, Mihajlovic, dan pemain muda Stankovic Lazio menambah koleksi gelar juara dengan merengkuh Supercoppa dan di kota Milan Lazio membalaskan dendam atas Inter dengan mengalahkan Inter di Final Coppa Italia. Saat itu pula Lazio menjadi penguasa abadi atas Piala Winner berkat gola dari Vieri dan Pavel Nedved.

Musim 1999/2000, musim yang tak mungkin terlupakan, Lazio dipenuhi oleh beberapa pemain baru berlabel bintang meski Vieri harus meninggalkan Lazio, namun Cragnotti mendatangkan Veron, Sensini, Simeone dan Simone Inzaghi. kemudian di bulan Desember Fabrizio Ravanelli datang dari Olimpic Marseile.

Saat itulah Lazio mengguncang Eropa, dan menorehkan tinta emas dengan mengalahkan Manchester United lewat gol Marcelo Salas yang masuk menggantikan Simone Inzaghi yang cedera setelah disikut Stam dan meraih gelar Piala Super Eropa.





Lazio belum berhenti membuat kejutan, Scudetto mampu diraih dan menjadi prestasi terbesar di masa keemasan Lazio. Ditambah lagi Lazio saat itu merengkuh scudetto dengan pencapaian prestasi yang sangat luar biasa, saat itu Lazio tertinggal 10 poin dengan hanya tersisa 8 pertandingan dari Pemuncak klasemen Juventus suatu sejarah baru sebuah tim dengan jarak begitu besar mampu mengejar dan menjadi Scudetto sekaligus mematahkan dominasi Milan (5 Scudetto) Juve (3) di 8 musim terakhir.


Lazio yang harus meraih penuh di pertandingan akhir mampu meraih poin penuh dengan mengkaghajar Reggina 3-0 lewat gol Simone Inzaghi dari titik putih disusul Veron juga dari penalti dan terakhir Simeone melengkapi kemenangan Lazio di Olimpico. Sementara di Perugia partai Perugia vs Juve di tunda karena cuaca buruk.

Hari itu Para Laziale memang sangat mengharap keajaiban datang setelah sebelumnya Laziale merasa dirugikan karena Juventus seperti mendapatkan bantuan dari wasit. Karena dipartai sebelumnya saat Juventus versus Parma wasit menganulir gol Fabio Cannavaro ke gawang Juventus yang jelas-jelas sah.

Para Laziale meluapkan kemarahan dan menjadikan hari itu hari kematian sepakbola italia. para penggemar Lazio itu meminta diadakan Playoff antara Lazio dan Juventus atau perang. Namun sejarah berkata lain Juventus harus rela melepas scudetto ke kota Roma setelah dikalahkan oleh Perugia 0 - 1 lewat gol Alessandro Calori.

Kota Roma berubah jadi lautan biru langit saat itu juga, gemuruh di stadion Olimpico meledak setelah hasil Perugia vs Juventus tersiar memperlihatkan bagaimana bahagianya para Laziale saat itu, para pemain Lazio ikut serta dalam berpesta scudetto di tribun penonton. sementara Carlo Ancelotti pelatih dari Juventus saat itu berkomentar "sore hari yang aneh ini akan selalu teringat untuk waktu yang lama". Musim berikutnya Lazio masih memperlihatkan taji dengan kembali menghajar Intermilan di Supercoppa Italia pada 9 September 2000. sebelum akhirnya sang pelatih Erickson memilih mundur dari kursi kepelatihan.

Tahun 2002 menjadi akhir dari masa Lazio bersama Cragnotti setelah kebangkrutan yang dialami Cirio membuat Lazio terjerumus kelubang kehancuran. satu persatu pemain bintang Lazio meninggalkan klub yang saat itu sedang kesusahan. Bahkan maskot Lazio sang kapten Nesta harus menyeberang ke kota Milan setelah memutuskan untuk pindah ke AC. Milan.


Musim 2003/2004 dibawah kepelatihan Roberto Mancini Lazio sempat kembali meraih gelar Coppa Italia, setelah mengalahkan Juventus dengan agrerat 4-2. Masa-masa kesulitan makin menjadi setelah Lazio di putuskan bersalah dalam kasus Calciopoli dan mendapat hukuman pengurangan poin.

Tahun 2004 Lotito resmi mengambil alih Lazio, Presiden baru Lazio ini memiliki hasrat besar untuk mengembalikan kejayaan Lazio.

Musim 2008/2009 Lazio banyak berbenah Lotito memiliki keinginan untuk membuat stadion khusus untuk Lazio dan meregenerasi skuad Lazio, pemain seperti Zarate dipinjam dari Klub Al-Sadd dan bermain gemilang di seri-A, duetnya Pandev juga tak kalah bersinar, musim ini Pandev memperlihatkan kelasnya dan membuat banyak klub meliriknya. Bersama Delio Rossi yang masih dipercaya Lotito untuk melatih Lazio, semoga Lazio dapat kembali mengepakkan sayapnya dan meraih tahta tertinggi seri-A yaitu Scudetto.

LAZIO,masa lalu,masa kini, dan esok

LAZIO, masa lalu, masa kini, dan esok


Tepat 9 Januari 2009 Lazio genap 109 tahun, apa yang telah dicapai Lazio merupakan hasil dari sebuah evolusi tim biru langit, kini menghadapi tantangan kedepan Lazio membutuhkan kembali mental juara dan rasa patriot sejati yang jelas hilang setelah masa keemasan Lazio di akhir 90-an dan awal tahun 2000.

inilah sekilas sejarah LAZIO :

SS Lazio (Societa' Sportiva Lazio) adalah satu dari dua klub sepakbola besar di Kota Roma, Italia. dengan kostum kebanggan berwarna biru langit.

Di dirikan pada tanggal 9 Januri 1900 oleh 9 orang dengan diketuai oleh Luigi Bigirarelli, dengan nama "Societa' Podistica Lazio" yang awalnya untuk olahraga balap. Dua tahun kemudian, di tahun 1902, Bruno Seghettini, staff dari Racing Club Paris, mengenalkan olah raga sepakbola kepada tim Lazio. Mereka akhirnya memulia mengenalkan Sepakbola di kota Roma dan membuat Klub Lazio, dan mereka tak terkalahkan. bahkan mereka ikut serta dalam Turnamen Nasional.

Di tahun 30-an, Lazio memiliki Penyerang terbaik Italia dalam sejarah sepakbola, Silvio Piola, yang sampai saat ini rekornya belum terkalahkan dengan 143 gol.Gelar pertama Lazio datang pada tahun 1958 dengan Pelatih Bernardini dan kapten Lovati Lazio merengkuh Piala Coppa, terima kasih pada Prini atas golnya di final saat melawan Fiorentina.


Gelar yang paling ditunggu-tunggu akhirnya datang juga, 16 tahun kemudian tepatnya di musim 1973/1974 Lazio menggapai scudetto untuk pertama kalinya, dua tahun setelah Lazio kembali ke seri-A setelah sempat mencicipi seri-B. Skuad Lazio saat itu adalah : Pulici, Petrelli, Martini, Wilson, Oddi, Nanni, Garleaschelli, Re Cecconi, Chinaglia, Frustalupi dan D'Amico.

Masa keemasan Lazio adalah saat Lazio di pegang oleh Sergio Cragnotti yang memegang Lazio sejak 1992 yang menginvestasi puluhan milyar, ditangannya Lazio menjelma menjadi salah satu klub elit di Italia dan Eropa.

Di musim 1997/1998, Cragnotti dengan Pelatih Sven Goran Ericksson memulai era baru Lazio dengan membeli beberapa pemain dengan mental juara seperti, Almeyda, Mancini dan Jugovic dipadu dengan pemain bintang binaan Lazio Alessandro Nesta namun harus mengorbankan seorang kapten Lazio yaitu Giuseppe "Beppe" Signori dan hasilnya Lazio memenangkan gelar Coppa Italia untuk kedua kali dengan mengkandaskan Milan pada tanggal 29 April 1998.

Tim yang ditangani Erickson hampir saja kembali merengkuh gelar lainnya, yaitu Piala UEFA. Sayangnya Lazio harus kandas oleh Inter Milan yang saat itu masih di bela Ronaldo pada 6 Mei 1998.

Musim berikutnya, 1998/99, dimulai pada 29 Agustus 1998 dengan hadirnya para pemain berkelas yaitu Salas, Vieri, Mihajlovic, dan pemain muda Stankovic Lazio menambah koleksi gelar juara dengan merengkuh Supercoppa dan di kota Milan Lazio membalaskan dendam atas Inter dengan mengalahkan Inter di Final Coppa Italia. Saat itu pula Lazio menjadi penguasa abadi atas Piala Winner berkat gola dari Vieri dan Pavel Nedved.

Musim 1999/2000, musim yang tak mungkin terlupakan, Lazio dipenuhi oleh beberapa pemain baru berlabel bintang meski Vieri harus meninggalkan Lazio, namun Cragnotti mendatangkan Veron, Sensini, Simeone dan Simone Inzaghi. kemudian di bulan Desember Fabrizio Ravanelli datang dari Olimpic Marseile.

Saat itulah Lazio mengguncang Eropa, dan menorehkan tinta emas dengan mengalahkan Manchester United lewat gol Marcelo Salas yang masuk menggantikan Simone Inzaghi yang cedera setelah disikut Stam dan meraih gelar Piala Super Eropa.





Lazio belum berhenti membuat kejutan, Scudetto mampu diraih dan menjadi prestasi terbesar di masa keemasan Lazio. Ditambah lagi Lazio saat itu merengkuh scudetto dengan pencapaian prestasi yang sangat luar biasa, saat itu Lazio tertinggal 10 poin dengan hanya tersisa 8 pertandingan dari Pemuncak klasemen Juventus suatu sejarah baru sebuah tim dengan jarak begitu besar mampu mengejar dan menjadi Scudetto sekaligus mematahkan dominasi Milan (5 Scudetto) Juve (3) di 8 musim terakhir.


Lazio yang harus meraih penuh di pertandingan akhir mampu meraih poin penuh dengan mengkaghajar Reggina 3-0 lewat gol Simone Inzaghi dari titik putih disusul Veron juga dari penalti dan terakhir Simeone melengkapi kemenangan Lazio di Olimpico. Sementara di Perugia partai Perugia vs Juve di tunda karena cuaca buruk.

Hari itu Para Laziale memang sangat mengharap keajaiban datang setelah sebelumnya Laziale merasa dirugikan karena Juventus seperti mendapatkan bantuan dari wasit. Karena dipartai sebelumnya saat Juventus versus Parma wasit menganulir gol Fabio Cannavaro ke gawang Juventus yang jelas-jelas sah.

Para Laziale meluapkan kemarahan dan menjadikan hari itu hari kematian sepakbola italia. para penggemar Lazio itu meminta diadakan Playoff antara Lazio dan Juventus atau perang. Namun sejarah berkata lain Juventus harus rela melepas scudetto ke kota Roma setelah dikalahkan oleh Perugia 0 - 1 lewat gol Alessandro Calori.

Kota Roma berubah jadi lautan biru langit saat itu juga, gemuruh di stadion Olimpico meledak setelah hasil Perugia vs Juventus tersiar memperlihatkan bagaimana bahagianya para Laziale saat itu, para pemain Lazio ikut serta dalam berpesta scudetto di tribun penonton. sementara Carlo Ancelotti pelatih dari Juventus saat itu berkomentar "sore hari yang aneh ini akan selalu teringat untuk waktu yang lama". Musim berikutnya Lazio masih memperlihatkan taji dengan kembali menghajar Intermilan di Supercoppa Italia pada 9 September 2000. sebelum akhirnya sang pelatih Erickson memilih mundur dari kursi kepelatihan.

Tahun 2002 menjadi akhir dari masa Lazio bersama Cragnotti setelah kebangkrutan yang dialami Cirio membuat Lazio terjerumus kelubang kehancuran. satu persatu pemain bintang Lazio meninggalkan klub yang saat itu sedang kesusahan. Bahkan maskot Lazio sang kapten Nesta harus menyeberang ke kota Milan setelah memutuskan untuk pindah ke AC. Milan.


Musim 2003/2004 dibawah kepelatihan Roberto Mancini Lazio sempat kembali meraih gelar Coppa Italia, setelah mengalahkan Juventus dengan agrerat 4-2. Masa-masa kesulitan makin menjadi setelah Lazio di putuskan bersalah dalam kasus Calciopoli dan mendapat hukuman pengurangan poin.

Tahun 2004 Lotito resmi mengambil alih Lazio, Presiden baru Lazio ini memiliki hasrat besar untuk mengembalikan kejayaan Lazio.

Musim 2008/2009 Lazio banyak berbenah Lotito memiliki keinginan untuk membuat stadion khusus untuk Lazio dan meregenerasi skuad Lazio, pemain seperti Zarate dipinjam dari Klub Al-Sadd dan bermain gemilang di seri-A, duetnya Pandev juga tak kalah bersinar, musim ini Pandev memperlihatkan kelasnya dan membuat banyak klub meliriknya. Bersama Delio Rossi yang masih dipercaya Lotito untuk melatih Lazio, semoga Lazio dapat kembali mengepakkan sayapnya dan meraih tahta tertinggi seri-A yaitu Scudetto.forza laziooooo!!!

PIALA SUPER ITALIA 2009/2010

AP Photo/Alexander F. Yuan
Pemain Lazio, Matuzalem, mendapat kartu kuning dari wasit setelah menekel pemain Inter Milan, Lucio, pada pertandingan Piala Super Italia di Stadion Olimpiade China di Beijing, Sabtu (8/8).
Lazio Permalukan Inter

Minggu, 9 Agustus 2009 | 03:46 WIB

BEIJING, SABTU - Juara Serie A Italia, Inter Milan, mengawali musim 2009/2010 kurang meyakinkan setelah dipukul Lazio 1-2 (0-0) dalam laga Piala Super Italia di Bird’s Nest, Beijing, China, Sabtu (8/8). Striker Samuel Eto’o mencetak gol, tetapi Inter gagal mengejar dua gol Lazio.

Inter tertinggal lebih dulu 0-2 lewat gol-gol yang tercipta hanya berselang dua menit oleh gelandang Matuzalem pada menit ke-61 dan striker Tommaso Rocchi pada menit ke-63. Samuel Eto’o berusaha memperkecil ketinggalan dua gol itu pada menit ke-75. Namun, dalam 15 menit terakhir ia dan rekan-rekannya gagal menambah gol.

Lazio adalah juara Copa Italia. Piala Super Italia, yang mempertemukan juara Serie A dan juara Copa Italia serta menjadi ajang pembuka kompetisi musim 2009/2010, digelar di Stadion Bird’s Nest, tempat upacara pembukaan Olimpiade Beijing 2008.

Laga itu menjadi ajang olahraga pertama di stadion tersebut, sekaligus ulang tahun pertama upacara pembukaan olimpiade. Sekitar 65.000 penonton menyaksikan langsung dan membuat suasana riuh rendah, mengingatkan suasana serupa saat upacara pembukaan Olimpiade Beijing yang sangat spektakuler.

Empat debutan

Pada pertandingan ini, Pelatih Inter Jose Mourinho langsung menurunkan empat pemain baru timnya, yakni duet striker Eto’o dan Diego Milito, gelandang Thiago Motta, serta bek tengah Lucio. Mereka memperagakan permainan bola antarkaki yang menawan, tetapi serangan pertama ke gawang justru dilancarkan Lazio lewat tendangan kaki kiri Mauro Zarate.

Duet Eto’o dan Milito menjanjikan di awal. Lucio juga nyaris membobol gawang Lazio ketika menerima sepak pojok gelandang Esteban Cambiasso dengan sundulan, tetapi dapat diblok kiper Fernando Muslera, 10 menit menjelang turun minum.

Dejan Stankovic, Muntari, Eto’o, dan Milito memiliki peluang. Di babak kedua, Inter terlihat akan mengendalikan permainan, tetapi mereka dikejutkan oleh gol gelandang Lazio asal Brasil, Matuzalem, pada menit ke-61.

Berawal dari tendangan bebas Rocchi yang melewati pagar betis, bola ceplosan Matuzalem sempat diblok kiper Julio Cesar, tetapi dimanfaatkan Matuzalem dengan dagunya dan gol. Pesta kegembiraan pemain Lazio belum berakhir ketika Rocchi kembali menjebol gawang Inter dengan tendangan mencongkel.

Gol pertama Eto’o

Setelah tertinggal 0-2, Pelatih Mourinho memasukkan gelandang Patrick Vieira dan striker Mario Balotelli. Keputusan itu membuahkan hasil melalui Eto’o, yang mencetak gol pertama untuk Inter pada menit ke-75.

Sepuluh menit kemudian, Milito mengira menyamakan skor 2-2, tetapi wasit menganulir gol itu karena dia dalam posisi offside. Penampilan Muslera pada pertandingan itu cemerlang.

Beberapa kali ia menyelamatkan gawang timnya, yang membuat frustrasi pemain-pemain Inter. Bagi Lazio, gelar dari Piala Super Italia itu mendongkrak semangat mereka tampil di Serie A yang akan dimulai 22 Agustus mendatang.FORZA LAZIOOOOO


Inter:
Julio Cesar, Maicon, Chivu, Lucio, Javier Zanetti, Motta ('69 Vieira), Cambiasso, Muntari, Stankovic ('69 Balotelli), Eto'o, Milito

Lazio:
Muslera, Lichtsteiner, Siviglia, Diakite, Kolarov, Mauri, Baronio ('53 Dabo), Brocchi ('72 Cruz), Matuzalem ('80 Cribari), Rocchi, Zarate


Kamis, 06 Agustus 2009